analisislah tentang perspektif interaksionisme dalam sosiologi

4Bagaimana pendapat anda mengenai, tampilan, isi berita dan kesesuaian dengan media lain (media elektronik) 5.Analisislah hasil dari poin 1-3 dengan teori-teori sosiologi yang sudah anda kuasai. Diketik pada kertas A4 1.5 spasi, dan dikumpul pada pertemuan berikutnya. Dosen Pengampu Sos Kom Henki Wibowo, S.Sos EsensiTeori. Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated Kesimpulannnya interaksi sosial yang diatur oleh struktur sosial akan menimbulkan konflik dan akan membentuk personalitas manusia. Berdasarkan penjelasan singkat di atas, berikut akan di ulas mengenai perspektif konfik secara ringkas dalam pandangan tokoh-tokoh sosiologi. Antara lain: Karl Marx PengertianTeori Konflik, Konflik Berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih [bisa juga kelompok] dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya. Pengertian Teori Fungsionalisme struktural secarakonseptual paradigma konflik mengkritisi paradigma keteraturan yang mengabaikan kenyataan bahwa setiap unsur-unsur sosial dalam dirinya mengandung kontradiksi-kontradiksi internal yang menjadi prinsip penggerak perubahan. perubahan juga tidak selalu gradual, namun dapat terjadi secara revolusioner. konflik adalah sesuatu yang melekat dalam Sie Sucht Ihn Für Gemeinsame Unternehmungen. Teori konflik bererti perselisihan faham atau pendapat dan salah faham tidak bermuafakat tidak sepakat, tidak setuju dalam mencapai sesuatu tujuan tertentu, menyimpang dari motivasi tertentu atau keberatan melakukan sesuatu. Konflik berlaku dalam semua aspek hubungan sosial. Ia berbentuk secara hubungan antara individu dengan individu , hubungan individu dengan kelompok, atau dengan kelompok dengan kelompok. Oleh itu, konflik sering berlaku dalam berbagai-bagai bidang seperti dalam ekonomi, politik, agama, sosial, psikologi, budaya dan lain-lain. Teori konflik bermula daripada pandangan asal Karl Marx dan diikuti oleh teori konflik membicarakan tentang peranan struktur sosial Pada kebiasaannya sekiranya berlaku sesuatu konflik akan menyebabakan berlaku perdebatan . konflik yang berlaku tidak dapat dielak untuk berlaku perubahan . Menurut Amir Hasan Dawi, 2009 dalam sesuatu konflik akan terdapat satu pihak yang kalah dan satu pihak yang menang. Seperti halnya dengan perspektif fungsionalisme pandangan konflik juga melihat masyarakat secara makro. Andaian perspektif konflik adalah berlainan dengan perspektif fungsionalisme. Hal ini kerana perspektif teori konflik melihat masyarakat sentiasa berubah dan konflik sentiasa ada. Konflik yang berlaku disini bukan lah satu keganasan tetapi konflik ini merujuk kepada permusuhan, persaingan dan tidak bersetuju kepada sesuatu matlamat. Konflik disini tidak berlaku kadangkala sahaja malahan merupakan satu proses terus menerus dan merupakan hakikat kehidupan sesebuah masyarakat yang tidak dapat dielakkan. Pekara yang boleh dilihat pada masyarakat seperti kuasa, kemewahan pangkat dan sebagainya. Namun begitu, perspektif konflik bukan menyatakan konflik sosial ini merosakkan masyarakat,sebaliknya konflik membawa perubahan yang positif. Contohnya, melalui konflik dapat menyatukan kumpulan-kumpulan dalam mencapai kepentingan bersama dan konflik antara kumpulan yang bersaingan tentang sesuatu masalah sosial yang dihadapi akan menyebabkan berlakunya perubahan yang memberi manfaat. Perubahan ini tidak akan berlaku sekiranya tidak ada konflik. PERSPEKTIF TEORI INTERAKSIONALISME 7 Perkataan interaksionisme berasal dari perkataan inggeris interaction’ yang bermakna interaksi. Perspektif interaksionisme ini pada mulanya dipengaruhi oleh Max Weber yang melihat kepentingan dalam memahami dunia sosial daripada sudut pandangan individu yang bertindak dan berinteraksi dalam dunia sosial tersebut. Teori interaksionisme ini banyak dipengaruhi oleh Geoge Herbert Mead yang merupakan pengkajian sosiologi bersifat mikro diamana teori ini mengkaji bagaimana seseorang menginterprestasikan dn bertindak menurut kemahuan masing-masing dalam masyarakat Amir Hasan Dawi, 2009. Perbezaan antara perspektif interaksionalisme ini dengan perspektif fungsionalisme serta perspektif konflik ialah perspektif ini tidak menumpukan perhatian kepada pekara-pakara yang berstruktur besar seperti negara, ekonomi atau kelas sosial. Sebaliknya perspektif ini lebih mementingkan interaksi sosial yang berlaku setiap hari didalam kehidupan manusia pada setiap hari. Selain itu, teori interaksionisme sering berjaga-jaga dan menjauhi penegasan terhadap komponen-komponen masyarakat yang besar seperti peraturan sosial dan perubahan sosial. Pada kebiasaannya, ahli sosiologi menggunakan perspektif ini dalam aspek yang kecil dalam perbuatan seharian. Contohnya apakah proses-proses yang terlibat ketika membuat keputusan didalam kumpulan dan sebagainya. Dalam teori ini Max Weber menegaskan bahawa setiap individu perlu memahami dunia masyarakat dari sudut pandangan individu. Ia juga dikenali sebagai Symbolic interactionisme’ dimana pada kebiasaanya, manusia berinteraksi melalui symbol-simbol tertentu seperti menggunakan alat, lambing, bahasa, dan sebagainya. Namun begitu, dalam teori ini lebih mementingkan interaksi sosial yang melibatkan kehidupan masyarakat itu sendiri. Contohnya, apabila bendera sesebuah negara berkibar untuk acara tertentu maka peserta bagi negara berkenaan akan berdiri dengan megahnya. Hal ini, boleh diaplikasikan di negara kita Malaysia dimana apabila lagu Negaraku’ dimainkan semua masyarakat dikehendaki memberi penghormatan dengan berdiri tegak. Dengan kata lain teori ini tidak menumpukan pekara-pekara besar seperti melibatkan ekonomi negara atuu negara. Contoh ciri-ciri teori ini ialah seperti menggunakan symbol seperti warna , lampu, isyarat , gerak geri lambing dan sebagainya. 8 POLISI PENDIDIKAN 1 MURID 1 SUKAN 1M 1S DAN KAITAN DENGAN TEORI SOSIOLOGI Teori interaksi simbolis , atau interaksionisme simbolis, adalah salah satu perspektif yang paling penting di bidang sosiologi, memberikan landasan teoritis kunci untuk banyak penelitian yang dilakukan oleh sosiolog. Prinsip utama dari perspektif interaksionis adalah bahwa makna yang kita peroleh dari dan atribut ke dunia di sekitar kita adalah konstruksi sosial yang dihasilkan oleh interaksi sosial sehari-hari. Perspektif ini difokuskan pada bagaimana kita menggunakan dan menginterpretasikan hal-hal sebagai simbol untuk berkomunikasi satu sama lain, bagaimana kita menciptakan dan mempertahankan diri yang kita sajikan kepada dunia dan rasa diri di dalam diri kita, dan bagaimana kita menciptakan dan mempertahankan kenyataan bahwa kita percaya benar. 01 04 "Anak-anak Kaya Instagram" dan Interaksi Simbolik Anak-anak yang kaya dari Instagram Tumblr Gambar ini, dari umpan Tumblr "Anak-anak Kaya Instagram," yang secara visual mengkategorikan gaya hidup remaja terkaya di dunia dan dewasa muda, mencontohkan teori ini. Dalam foto ini, wanita muda yang digambarkan menggunakan simbol Champagne dan jet pribadi untuk memberi sinyal kekayaan dan status sosial. Sweatshirt yang menggambarkannya sebagai "dibangkitkan di Champagne," serta aksesnya ke jet pribadi, mengkomunikasikan gaya hidup kekayaan dan hak istimewa yang berfungsi untuk menegaskan kembali kepemilikannya dalam kelompok sosial yang sangat elit dan kecil ini. Simbol-simbol ini juga menempatkannya dalam posisi superior dalam hirarki sosial masyarakat yang lebih besar. Dengan membagikan gambar di media sosial, itu dan simbol-simbol yang membentuknya bertindak sebagai deklarasi yang mengatakan, "Ini adalah siapa saya." 02 04 Teori Interaksi Simbolis Dimulai dengan Max Weber Sigrid Gombert / Getty Images Sosiolog menelusuri akar teoritis dari perspektif interaksionis kepada Max Weber, salah satu pendiri bidang ini . Prinsip inti pendekatan Weber untuk berteori dunia sosial adalah bahwa kita bertindak berdasarkan interpretasi kita tentang dunia di sekitar kita, atau dengan kata lain, tindakan mengikuti makna. Ide ini sangat penting bagi buku Weber yang paling banyak dibaca, The Protestan Ethic and Spirit of Capitalism . Dalam buku ini, Weber menunjukkan nilai perspektif ini dengan mengilustrasikan bagaimana secara historis, pandangan dunia Protestan dan serangkaian moral yang dibingkai sebagai panggilan yang diarahkan oleh Tuhan, yang pada gilirannya memberi makna moral pada dedikasi untuk bekerja. Tindakan melakukan diri sendiri untuk bekerja, dan bekerja keras, serta menghemat uang daripada membelanjakannya untuk kesenangan duniawi, mengikuti makna yang diterima dari sifat pekerjaan ini. Aksi mengikuti makna. 03 04 George Herbert Mead selanjutnya mengembangkan Teori Interaksi Simbolik Pemain Boston Red Sox David Ortiz berpose untuk selfie dengan Presiden AS Barack Obama selama upacara di Gedung Putih untuk menghormati Juara World Series 2013 Boston Red Sox pada bulan April 2014. Win McNamee / Getty Images Catatan singkat tentang interaksionisme simbolis sering salah mengartikan penciptaannya kepada sosiolog awal Amerika, George Herbert Mead . Sebenarnya, itu adalah sosiolog Amerika lainnya, Herbert Blumer, yang menciptakan frase "interaksionisme simbolik." Yang mengatakan, itu adalah teori pragmatis Mead yang meletakkan dasar yang kuat untuk penamaan dan pengembangan selanjutnya dari perspektif ini. Kontribusi teoretis Mead terkandung dalam Mind, Self and Society yang diterbitkan secara anumerta. Dalam karya ini, Mead membuat kontribusi mendasar bagi sosiologi dengan berteori perbedaan antara "aku" dan "aku". Menurut dia, dan sosiolog hari ini mempertahankan, bahwa "aku" adalah diri sebagai pemikiran, bernapas, subjek aktif dalam masyarakat, sedangkan "aku" adalah akumulasi pengetahuan tentang bagaimana diri itu sebagai objek yang dirasakan oleh orang lain. Sosiolog Amerika awal lainnya, Charles Horton Cooley , menulis tentang "saya" sebagai "diri yang mencari-kaca," dan dengan demikian, juga memberikan kontribusi penting bagi interaksionisme simbolik. Mengambil contoh selfie hari ini , kita dapat mengatakan bahwa "Saya" mengambil selfie dan membagikannya untuk membuat "saya" tersedia bagi dunia. Teori ini berkontribusi pada interaksionisme simbolik dengan menjelaskan bagaimana persepsi kita tentang dunia dan diri kita di dalamnya - atau, makna yang dibangun secara individual dan kolektif - secara langsung mempengaruhi tindakan kita sebagai individu dan sebagai kelompok. 04 04 Herbert Blumer Menciptakan Istilah dan Mendefinisikannya Ronnie Kaufman & Larry Hirshowitz / Getty Images Herbert Blumer mengembangkan definisi yang jelas tentang interaksionisme simbolis saat belajar di bawah, dan kemudian berkolaborasi dengan, Mead di Universitas Chicago . Menggambar dari teori Mead, Blumer menciptakan istilah "interaksi simbolis" pada 1937. Dia kemudian menerbitkan, secara harfiah, buku tentang perspektif teoritis ini, berjudul Simbolik Interaksionisme . Dalam karya ini, ia meletakkan tiga prinsip dasar teori ini. Kami bertindak terhadap orang dan benda berdasarkan makna yang kami tafsirkan dari mereka. Misalnya, ketika kita duduk di meja di sebuah restoran, kita berharap bahwa mereka yang mendekati kita akan menjadi karyawan pendirian, dan karena ini, akan bersedia menjawab pertanyaan tentang menu, mengambil pesanan kami, dan membawa makanan dan minum. Makna tersebut adalah produk interaksi sosial antara orang - mereka adalah konstruksi sosial dan budaya . Melanjutkan dengan contoh yang sama, kami telah memiliki harapan tentang apa artinya menjadi pelanggan di restoran berdasarkan interaksi sosial sebelumnya di mana makna karyawan restoran telah ditetapkan. Makna pembuatan dan pemahaman adalah proses penafsiran yang berkelanjutan, di mana makna awal mungkin tetap sama, berevolusi sedikit, atau berubah secara radikal. Dalam konser dengan seorang pelayan yang mendekati kami, bertanya apakah dia dapat membantu kami, dan kemudian mengambil pesanan kami, arti dari pelayan dibentuk kembali melalui interaksi itu. Namun, jika dia memberi tahu kita bahwa makanan disajikan dengan gaya prasmanan, maka artinya dia bergeser dari seseorang yang akan mengambil pesanan kita dan membawakan kita makanan kepada seseorang yang hanya mengarahkan kita menuju makanan. Mengikuti prinsip-prinsip inti ini, perspektif interaksionis simbolik mengungkapkan bahwa realitas seperti yang kita rasakan adalah konstruksi sosial yang dihasilkan melalui interaksi sosial yang berkelanjutan, dan hanya ada dalam konteks sosial tertentu. Hidup bermasyarakat membuat kita perlu melihat segala sesuatunya berdasarkan perspektif sosiologi. Contohnya seperti yang diberitakan berikut ini. Contoh perspektif sosiologi. dok. Republika Ada berita mengenai jual-beli vaksin, yang mana seharusnya vaksin itu diberikan secara gratis oleh pemerintah. Nah, artinya ada penyimpangan nih di sini. Kira-kira salahnya di mana sih? Berita di atas memberitahukan bahwa ada ahli yang berpendapat bahwa kasus jual beli vaksin dikarenakan lemahnya pengawasan. Dari pernyataan tersebut, ia sudah memandang suatu kasus dari salah satu perspektif sosiologi, guys. Baca Juga Belajar Sosiologi Buat Apa? Apa Itu Perspektif Sosiologi? Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif Sosiologi Contoh Soal dan Pembahasan Apa Itu Perspektif Sosiologi? Pernah mendengar istilah perspektif? Yap, betul, cara pandang. Lalu, bagaimana dengan perspektif sosiologi? Perspektif sosiologi adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami fenomena sosial secara sosiologis sesuai dengan kaidah sosiologi. Jadi, kalau elo mau menjadi seorang sosiolog, maka elo harus punya dan paham mengenai perspektif sosiologi. Pendapat yang elo bangun mengenai fenomena sosial perlu didasarkan pada kerangka berpikir yang sesuai dengan kaidah sosiologi, jadi nggak asal mikir, guys. Baca Juga Kelompok Sosial – Materi Sosiologi Kelas 11 SMA Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif Sosiologi Perspektif dalam sosiologi ada tiga, yaitu perspektif struktural fungsional, konflik, dan interaksionisme simbolik. Di sini elo juga akan tahu nih, siapa sih yang mengemukakan masing-masing perspektif tersebut? Cekidot! Struktural Fungsional Tokoh di balik perspektif struktural fungsional adalah Emile Durkheim dan Herbert Spencer. Di SMA, kita lebih sering menggunakan teori Durkheim daripada Herbert Spencer. Pokoknya Durkheim yang lebih dikenal deh oleh siswa SMA deh. Durkheim mengemukakan tentang teori solidaritas, baik secara mekanik maupun organik. Nah, kalau Herbert Spencer mengemukakan suatu teori bahwa masyarakat itu seperti organisme. Coba deh elo perhatikan anatomi tubuh elo yang terdiri dari berbagai organ, dan masing-masing memiliki fungsi untuk kebutuhan tubuh. Ilustrasi organ pada tubuh manusia. Arsip Zenius Nah, masyarakat juga seperti itu, masyarakat memiliki banyak bagian yang disebut dengan unsur masyarakat. Karena fungsinya berbeda-beda, maka mereka akan saling ketergantungan. Ketika salah satunya mengalami disfungsi, apa yang akan terjadi pada unsur lainnya? Yap, akan muncul masalah. Misalnya, dalam suatu masyarakat terdapat masalah dalam bidang pendidikan. Dari situ akan menyebar kepada bidang lainnya, seperti politik, ekonomi, keluarga, dan agama. Jadi, antarunsur itu memiliki ketergantungan. Ketika salah satu unsurnya bermasalah, maka akan timbul masalah dalam masyarakat. Perspektif struktural fungsional melihat masyarakat seperti sebuah organ tubuh yang memiliki peran saling berhubungan. Supaya lebih jelas, coba deh elo perhatikan lagi cuplikan berita di atas mengenai jual-beli vaksin! Pada berita di atas, ada seorang ahli yang berpendapat bahwa kasus jual-beli vaksin dikarenakan lemahnya lembaga pengawasan. Artinya, ia memandang kasus tersebut dari sudut pandang perspektif struktural fungsional. Kenapa? Karena, ia memandang bahwa munculnya masalah dikarenakan adanya disfungsi pada lembaga pengawasan. Konflik Perspektif konflik identik dengan sosiolog asal Jerman yang membahas tentang relasi antara buruh dan majikannya, yaitu Karl Marx. Sebenarnya, dasar pemikiran dari perspektif konflik itu berasal dari kelas sosial, di mana masyarakat terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas borjuis dan proletar. Perspektif konflik melihat bahwa segala fenomena yang ada di masyarakat merupakan hasil dari konflik atau pertentangan antara kelas atas dan kelas bawah. Pemisahan dua kelas oleh Karl Marx dibedakan berdasarkan alat produksi atau modal. Ketika elo punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas borjuis atau kelas atas. Tapi, kalau elo nggak punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas proletar atau kelas bawah, dan elo harus bekerja kepada kelas borjuis. Sayangnya, ketika kelas proletar bekerja kepada kelas borjuis, upah yang diberikan terlalu rendah. Jadi, hubungan antar keduanya eksploitatif gitu, guys. Bahkan nggak hanya itu, Karl Marx memandang bahwa kelas borjuis mengatur hampir di segala bidang masyarakat. Perbedaan perspektif struktural fungsional dan konflik. Arsip Zenius Dari situ elo udah bisa melihat nih, perbedaan antara perspektif sosiologi yang disampaikan Emile Durkheim dan Karl Marx yaitu terletak pada hubungannya. Durkheim melihat masyarakat lebih kepada kerja sama, sedangkan Marx melihat masyarakat lebih kepada eksploitasi. Interaksionisme Simbolik Perspektif ini dikemukakan oleh seorang sosiolog asal Jerman yang membahas tentang teori tindakan sosial, yaitu Max Weber. Selain itu, ada juga tokoh lainnya seperti Herbert Blumer, George Herbert Mead, dan Charles Cooley. Perbedaan perspektif yang disampaikan oleh Karl Marx, Durkheim, dan Max Weber. Arsip Zenius Pada perspektif ini, ada perbedaan yang nyata nih di antara perspektif sebelumnya oleh Durkheim-Marx dan Weber, yaitu adanya perspektif makro dan mikro. Durkheim dan Karl Marx menjelaskan teori sebuah sistem masyarakat. Jadi, menurut keduanya, individu merupakan produk dari masyarakat. Sedangkan Max Weber melihat dari sisi sebaliknya, yaitu justru masyarakatlah yang membentuk individu. Dari situ kita bisa lihat nih, kalau perspektif struktural fungsional dan konflik melihat sesuatu secara objektif. Sedangkan, perspektif interaksionisme simbolik melihat sesuatu secara subjektif, karena melihat individu di dalam sistem masyarakat. Singkatnya, interaksionisme simbolik melihat bahwa suatu individu bisa berbeda antara satu dan lainnya, karena adanya proses interaksi individu dengan masyarakatnya yang berlangsung terus-menerus. Sampai sini paham ya mengenai perbedaan dari masing-masing perspektif sosiologi di atas? Masing-masing perspektif memiliki cara yang berbeda dalam melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Kegunaannya juga berbeda-beda. Pada soal UTBK, seringkali pertanyaan yang muncul mengenai siapa tokoh di balik masing-masing perspektif sosiologi. Jadi, elo perlu memahami antara tokoh dan teori yang dikemukakannya. Uraian di atas bisa elo pelajari juga menggunakan video belajar Zenius dalam teori perspektif sosiologi Zenius dengan klik banner di bawah ini. Baca Juga Mengenal Tokoh Sosiologi dan Teorinya Contoh Soal dan Pembahasan Nah, berhubung kali ini gue membahas tentang materi TKA UTBK, maka gue akan ngasih tahu ke elo mengenai tipe soal yang sering keluar dalam UTBK. Perhatikan berita di bawah ini! Contoh kasus perspektif sosiologi tentang kebocoran data penduduk. dok. CNN Indonesia Jika dianalisis menggunakan perspektif struktural fungsional, apa alasan fenomena tersebut bisa terjadi? A. Upaya kelas atas yang mencari keuntungan. B. Regulasi yang ketat mengenai keamanan data. C. Inkompetensi lembaga terkait. D. Munculnya perlawanan masyarakat terhadap pemerintah. E. Tingginya kualitas SDM dalam teknologi. Coba elo pikirkan dulu, kira-kira apa sih alasannya kalau dianalisis berdasarkan perspektif struktural fungsional? Kalau sudah punya jawaban, elo bisa jawab langsung di kolom komentar ya! ***** Gimana nih, sampai sini udah paham kan tentang perspektif sosiologi? Buat yang lebih menyukai belajar dengan nonton video, elo bisa mengakses materi UTBK lainnya di video Zenius. Elo juga bisa mencoba melatih kemampuan dengan level soal yang mirip UTBK beneran di Try Out bareng Zenius. Baca Juga Ringkasan Materi SBMPTN Terlengkap – Contoh Soal TPS dan TKA Referensi Epidemiolog Kasus Jual Beli Vaksin, Lemahnya Pengawasan — Republika 2022. Deretan Kasus Bocor Data Penduduk RI dari Server Pemerintah — CNN Indonesia 2022. Hidup bermasyarakat membuat kita perlu melihat segala sesuatunya berdasarkan perspektif sosiologi. Contohnya seperti yang diberitakan berikut ini. Contoh perspektif sosiologi. dok. Republika Ada berita mengenai jual-beli vaksin, yang mana seharusnya vaksin itu diberikan secara gratis oleh pemerintah. Nah, artinya ada penyimpangan nih di sini. Kira-kira salahnya di mana sih? Berita di atas memberitahukan bahwa ada ahli yang berpendapat bahwa kasus jual beli vaksin dikarenakan lemahnya pengawasan. Dari pernyataan tersebut, ia sudah memandang suatu kasus dari salah satu perspektif sosiologi, guys. Baca Juga Belajar Sosiologi Buat Apa? Apa Itu Perspektif Sosiologi?Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif SosiologiContoh Soal dan Pembahasan Apa Itu Perspektif Sosiologi? Pernah mendengar istilah perspektif? Yap, betul, cara pandang. Lalu, bagaimana dengan perspektif sosiologi? Perspektif sosiologi adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami fenomena sosial secara sosiologis sesuai dengan kaidah sosiologi. Jadi, kalau elo mau menjadi seorang sosiolog, maka elo harus punya dan paham mengenai perspektif sosiologi. Pendapat yang elo bangun mengenai fenomena sosial perlu didasarkan pada kerangka berpikir yang sesuai dengan kaidah sosiologi, jadi nggak asal mikir, guys. Baca Juga Kelompok Sosial – Materi Sosiologi Kelas 11 SMA Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif Sosiologi Perspektif dalam sosiologi ada tiga, yaitu perspektif struktural fungsional, konflik, dan interaksionisme simbolik. Di sini elo juga akan tahu nih, siapa sih yang mengemukakan masing-masing perspektif tersebut? Cekidot! Struktural Fungsional Tokoh di balik perspektif struktural fungsional adalah Emile Durkheim dan Herbert Spencer. Di SMA, kita lebih sering menggunakan teori Durkheim daripada Herbert Spencer. Pokoknya Durkheim yang lebih dikenal deh oleh siswa SMA deh. Durkheim mengemukakan tentang teori solidaritas, baik secara mekanik maupun organik. Nah, kalau Herbert Spencer mengemukakan suatu teori bahwa masyarakat itu seperti organisme. Coba deh elo perhatikan anatomi tubuh elo yang terdiri dari berbagai organ, dan masing-masing memiliki fungsi untuk kebutuhan tubuh. Ilustrasi organ pada tubuh manusia. Arsip Zenius Nah, masyarakat juga seperti itu, masyarakat memiliki banyak bagian yang disebut dengan unsur masyarakat. Karena fungsinya berbeda-beda, maka mereka akan saling ketergantungan. Ketika salah satunya mengalami disfungsi, apa yang akan terjadi pada unsur lainnya? Yap, akan muncul masalah. Misalnya, dalam suatu masyarakat terdapat masalah dalam bidang pendidikan. Dari situ akan menyebar kepada bidang lainnya, seperti politik, ekonomi, keluarga, dan agama. Jadi, antarunsur itu memiliki ketergantungan. Ketika salah satu unsurnya bermasalah, maka akan timbul masalah dalam masyarakat. Perspektif struktural fungsional melihat masyarakat seperti sebuah organ tubuh yang memiliki peran saling berhubungan. Supaya lebih jelas, coba deh elo perhatikan lagi cuplikan berita di atas mengenai jual-beli vaksin! Pada berita di atas, ada seorang ahli yang berpendapat bahwa kasus jual-beli vaksin dikarenakan lemahnya lembaga pengawasan. Artinya, ia memandang kasus tersebut dari sudut pandang perspektif struktural fungsional. Kenapa? Karena, ia memandang bahwa munculnya masalah dikarenakan adanya disfungsi pada lembaga pengawasan. Konflik Perspektif konflik identik dengan sosiolog asal Jerman yang membahas tentang relasi antara buruh dan majikannya, yaitu Karl Marx. Sebenarnya, dasar pemikiran dari perspektif konflik itu berasal dari kelas sosial, di mana masyarakat terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas borjuis dan proletar. Perspektif konflik melihat bahwa segala fenomena yang ada di masyarakat merupakan hasil dari konflik atau pertentangan antara kelas atas dan kelas bawah. Pemisahan dua kelas oleh Karl Marx dibedakan berdasarkan alat produksi atau modal. Ketika elo punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas borjuis atau kelas atas. Tapi, kalau elo nggak punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas proletar atau kelas bawah, dan elo harus bekerja kepada kelas borjuis. Sayangnya, ketika kelas proletar bekerja kepada kelas borjuis, upah yang diberikan terlalu rendah. Jadi, hubungan antar keduanya eksploitatif gitu, guys. Bahkan nggak hanya itu, Karl Marx memandang bahwa kelas borjuis mengatur hampir di segala bidang masyarakat. Perbedaan perspektif struktural fungsional dan konflik. Arsip Zenius Dari situ elo udah bisa melihat nih, perbedaan antara perspektif sosiologi yang disampaikan Emile Durkheim dan Karl Marx yaitu terletak pada hubungannya. Durkheim melihat masyarakat lebih kepada kerja sama, sedangkan Marx melihat masyarakat lebih kepada eksploitasi. Interaksionisme Simbolik Perspektif ini dikemukakan oleh seorang sosiolog asal Jerman yang membahas tentang teori tindakan sosial, yaitu Max Weber. Selain itu, ada juga tokoh lainnya seperti Herbert Blumer, George Herbert Mead, dan Charles Cooley. Perbedaan perspektif yang disampaikan oleh Karl Marx, Durkheim, dan Max Weber. Arsip Zenius Pada perspektif ini, ada perbedaan yang nyata nih di antara perspektif sebelumnya oleh Durkheim-Marx dan Weber, yaitu adanya perspektif makro dan mikro. Durkheim dan Karl Marx menjelaskan teori sebuah sistem masyarakat. Jadi, menurut keduanya, individu merupakan produk dari masyarakat. Sedangkan Max Weber melihat dari sisi sebaliknya, yaitu justru masyarakatlah yang membentuk individu. Dari situ kita bisa lihat nih, kalau perspektif struktural fungsional dan konflik melihat sesuatu secara objektif. Sedangkan, perspektif interaksionisme simbolik melihat sesuatu secara subjektif, karena melihat individu di dalam sistem masyarakat. Singkatnya, interaksionisme simbolik melihat bahwa suatu individu bisa berbeda antara satu dan lainnya, karena adanya proses interaksi individu dengan masyarakatnya yang berlangsung terus-menerus. Sampai sini paham ya mengenai perbedaan dari masing-masing perspektif sosiologi di atas? Masing-masing perspektif memiliki cara yang berbeda dalam melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Kegunaannya juga berbeda-beda. Pada soal UTBK, seringkali pertanyaan yang muncul mengenai siapa tokoh di balik masing-masing perspektif sosiologi. Jadi, elo perlu memahami antara tokoh dan teori yang dikemukakannya. Uraian di atas bisa elo pelajari juga menggunakan video belajar Zenius dalam teori perspektif sosiologi Zenius dengan klik banner di bawah ini. Baca Juga Mengenal Tokoh Sosiologi dan Teorinya Contoh Soal dan Pembahasan Nah, berhubung kali ini gue membahas tentang materi TKA UTBK, maka gue akan ngasih tahu ke elo mengenai tipe soal yang sering keluar dalam UTBK. Perhatikan berita di bawah ini! Contoh kasus perspektif sosiologi tentang kebocoran data penduduk. dok. CNN Indonesia Jika dianalisis menggunakan perspektif struktural fungsional, apa alasan fenomena tersebut bisa terjadi? A. Upaya kelas atas yang mencari keuntungan. B. Regulasi yang ketat mengenai keamanan data. C. Inkompetensi lembaga terkait. D. Munculnya perlawanan masyarakat terhadap pemerintah. E. Tingginya kualitas SDM dalam teknologi. Coba elo pikirkan dulu, kira-kira apa sih alasannya kalau dianalisis berdasarkan perspektif struktural fungsional? Kalau sudah punya jawaban, elo bisa jawab langsung di kolom komentar ya! ***** Gimana nih, sampai sini udah paham kan tentang perspektif sosiologi? Buat yang lebih menyukai belajar dengan nonton video, elo bisa mengakses materi UTBK lainnya di video Zenius. Elo juga bisa mencoba melatih kemampuan dengan level soal yang mirip UTBK beneran di Try Out bareng Zenius. Baca Juga Ringkasan Materi SBMPTN Terlengkap – Contoh Soal TPS dan TKA Referensi Epidemiolog Kasus Jual Beli Vaksin, Lemahnya Pengawasan — Republika 2021. Deretan Kasus Bocor Data Penduduk RI dari Server Pemerintah — CNN Indonesia 2021. Salah satu teori dalam sosiologi, yang sangat banyak digunakan dalam analisis sosiologi hukum adalah teori Interaksionisme Simbolik. Kita dapat menyebut beberapa penulis yang menerbitkan buku tentang teori ini, seperti dari penggagasnya yaitu George Herbert Mead 1932 dan kemudian dilengkapi oleh Herbert Blumer 1969. Patut dicatat bahwa teori ini pada dasarnya memfokuskan diri pada analisis perilaku individu dengan individu yang lain dalam kelompok kecil. Teori ini tidak ditujukan untuk menganalisis masyarakat dalam skala yang besar, seperti masyarakat adat atau masyarakat umum. Ia lebih mencermati perilaku komunitas kecil yang memiliki keunikan tertentu dalam interaksi sosial di antara mereka. - Tautan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free BINA NUSANTARA BINUS UNIVERSITY Bie LaPee Iai EceeceHome Rbic of Facl Membe TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK ANA...TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK ANALISIS SOSIAL-MIKROOleh SHIDARTA Okobe 2019Salah a eoi dalam oiologi, ang anga banak dignakan dalam analii oiologi hkmadalah eoi Ineakionime Simbolik. Kia daa meneb bebeaa enli ang menebikanbk enang eoi ini, eei dai enggagana ai Geoge Hebe Mead 1932 dankemdian dilengkai oleh Hebe Blme 1969.Pa dicaa baha eoi ini ada daana memfokkan dii ada analii eilak indiiddengan indiid ang lain dalam kelomok kecil. Teoi ini idak dijkan nk menganaliimaaaka dalam kala ang bea, eei maaaka ada aa maaaka mm. Ia lebihmencemai eilak komnia kecil ang memiliki kenikan een dalam ineaki oial dianaa me ini idak diancang dalam angka menjelakan eoi ini ecaa anjang leba. Biaana,dalam ekliahan oiologi hkm, eoi ini ebilang jga jaang diinggng, anaa lain kaenaalaan kala analiina ang miko eeb, emenaa fenomena hkm lebih beekmmm dan abak in-abraco. Padahal, kajian eoei demikian anga begna dalammencena ekaa-ekaa nik ang elah dikan oleh engadilan in-concreo. Tlian iniendii dimakdkan lebih ebagai engenalan ekila enang eoi ini nk meliha bagaimanaalikaina ada a fenomena ede andangan eoi Ineakionime Simbolik, mania adalah mahlk emba aaoden imbol; a emikian ang mengingakan kia ada enaaan loof Jeman daikb neo-kanian En Caie baha mania adalah animal mbolicm. Segala eaobjek ang ada di dalam kehidan mania memnai makna imbolik. Makna-makna iniidak daang dengan endiina, melainkan dihadikan dan kemdian dieakai dan dijadikan imbol. Simbol di ini diahami ebagai anda ang mengandng keeakaan makna. Oleh ebabi, eilak mania, baik ebagai indiid man kelomok beiik olak dai makna-maknaimbolik dai objek i  conoh, kia menakikan ada anda lal lina ang di bagian jng iangna edaalemengan bebenk lingkaan dengan anda hf P ang dicoe. Tanda i adalah imbol,ang dieakai bemakna laangan nk aki di ea ema i. Keeakaan ini diakinidah beifa nieal kaena di bebagai negaa, anda lal lina ang bemakna laanganaki dibei imbol ama eei i. Pembenk hkm, khna eaan endang-ndangan di bidang lal lina dan angkan jalan, mengadoi makna imbolik ini danmenganggana ebagai hail keeakaan jga. Simbol ini lal dioialiaikan, diekenalkanejak kecil keada anak-anak ang enah belaja enang eike belal lina amai ada aameeka deaa nani keika akan mendaakan a iin mengemdi. Aina, makna imbolikdai anda laangan aki i elah dihadikan dalam ineaki oial.Unikna, dalam kenaaan kia menakikan ea aja ada oang ang melangga anda eeb.Bahkan, kia menakikan mobil aaa enegak hkm kaakan Keoliian ada ang keadiakikan ea di baah aa di ebelah anda laangan eeb. Mengaa hal ini daaejadi? Mengaa bia ejadi ada a komnia kecil, akni aaa Keoliian ang beanink idak membei conoh ang baik dalam enegakan hkm?Teoi Ineakionime Simbolik beaha memahami fenomena oial ini dengan mengkajibagaimana aaa adi memahami imbol anda laangan aki eeb. Ten aja, kajian ini akan menaik jika eilak aki di baah anda laangan aki i belangkali ejadi; bkankejadian ecaa kebelan aa kaena kecelakaan. Tindakan eeii eei i akan memekaenang adana emaknaan ang bena-bena elah begee di benak elakna ehada a angka keelan enegakan hkm dan enciaan bdaa hkm ang eha, eoi inimembei mbangan emikian enang kaian anaa aki dan eaki dalam eilak man i ah bena makna anda P ang dicoe i. Tanda ini dijkan keada mm bjeknomana adalah eia oang. Oeao nomana adalah laangan. Objek nomana adalahmemakikan kendaaan. Kondii nomana adalah di eanjang jalan eeb. Kaena idak adakeeangan ak laangan aki, ehana diahami kondii nomana idak bebicaa enangembaaan ak. Laangan akina belak eanjang ak.Makna imbolik eei di aa, en dah menjadi konen dalam enegakan hkm. Bagiaaa Keoliian ang mengendaai kendaaan eeb, makna ini kini coba ia ahami denganediki bebeda. Tanda ini memang dijkan keada maaaka mm, eai ebagai aaaenegak hkm ia memiliki dikei nk beeilak bebeda daiada eilak maaakamm. Saa berbeda karena a aa ebagai apara penegak hkm memiliki keiimeaan; aamngkin dianggap melanggar anda i, namn aa melakkanna karena aa edang menjalankanga ebagai polii!Agmenai ini kang lebih ama edehanana keika kia ha memahami aa iene danlam oao ada kendaaan di belakang kia nk mina dibeikan jalan di engah kemace jalan i adalah jalanan mm, namn aaa aa bea-a ebagai aaamenggangga ia memiliki dikei nk dibei keiimeaan, adahal anga mngkin dikei iidak elean dan idak ada genina nk dijalankan ada ak i.Peilak olii ang memakikan mobil di baah anda laangan aki ini meakan indakanekeional kaena keiimeaan adi. Keiimeaan i ejadi kaena aki adi mendaa eakiang bebeda jika indakan i dilakkan oang lain ada mmna. Jika oang lain dianggamelangga diilang maka aki aa olii ini idak akan dibala dengan eaki ea. Hanaaja, dalam eoi Ineakionime Simbolik, idak ada aki ang idak dibei eaki. Hal i daadiliha, mialna, kaena ada mobil olii ang aki ea di anda eeb, kendaaan-kendaaan lain menjadi beani jga nk aki di ema ang ama. Meeka membei maknaang ba ekaang ehada imbol anda laangan eeb, baha anda i menjadi idakbelak aabila ada mobil aaa Keoliian ang aki di  Ineakionime Simbolik dalam konek lian ini mennjkkan baha eilakmenimang ang dieagakan oleh iaan, jika dibiakan ana dikoeki dalam knak een akan menghadikan mana imbolik ba. Tanda-anda lal lina menjadi hilangmakna aalina kaena ekiki akiba ineaki oial, ang bemla dai aki-aki indiid bdaa hkm ang eha dalam kala ang la bdaa hkm ekenal ajib jgadimooi oleh enegakan diilin dalam bdaa hkm aa aaa enegak hkm bdaahkm inenal. Dan, i bia diimbolkan dai eilak edehana eei dengan idakmembeikan conoh memaki kendaaan di ema ang elaang. *** REFERENSISUMBER FOTO Blme, Hebe 1969. Smbolic Ineracionim Perpecie and Mehod. Engleood Cliff, NJPen Geoge Hebe 1932. The Philooph of he Preen. Chicago Uniei of Chicago Pe.Mead, Geoge Hebe 1938. The Philooph of he Ac. Chicago Uniei of Chicago Pe.Rie, Geoge 2008. Sociological Theor. McGa-Hill.Pbhed a 23 Ocbe 2019 UdaedRELATED CONTENTALFINI LESTARI MORALITAS POSITIF, RASA MALU, DAN AKAL SEHATBUMERANG KELUHAN KONSUMEN Bagian 1 dai 2 lianDOKTRIN KAUSALITAS KASUS MIRNA-JESSICASHARE THIS ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.

analisislah tentang perspektif interaksionisme dalam sosiologi